MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 22 Januari 2014

BANJIR JAKARTA, DARWONO PEDULI DAN MELAYANI

Seorang ibu mondar-mandir diantara kesibukan para relawan termasuk relawan kesehatan untuk korban banjir. Sesekali memegang alis kanan kiri yang disatukan. Kami mencoba menyapanya dalam sapaan sesopan yang kami bisa dengan disertai senyuman.
“Ibu sakit ?’ “iya, sakit pusing ?” Jawabnya. Silakan periksa ke dokter, kataku “sudah, tapi malah tensinya jadi drop” Kami mencoba beremphati memahami apa yang terjadi pada ibu tersebut. Dua kata kunci saya pegang, pusing dan tensi drop serta tensi drop” Ada barang yang tenggelam Bu ? tanyaku mencoba masuk “hampir semua pak” kami tinggal di rumah kontrak di Kampung Pulo. Kami menahan diri untuk tidak mengekplorasi lebih jauh. Kami melihat sebenarnya sakit pusing yang ibu itu derita merupakan cerminan depresi. Kami tawarkan untuk mengatasi ahal ini. “Bu mari saya bantu”, sambil memapahnya menuju kursi piket Menwa tepat pintu keluar aula. Kami coba memberikan pertolongan penanganan depresi dengan akupoint, termasuk juga di titik-titik sakit kepala. Hegu, Bahui, Fengshi, yintang, taiyang dll. Setelah menangani Ibu, itu, para korban banjir dan juga para relawan termasuk wakil Camat dan Bapak Camat Jatinegara mulai memanfaatkan kehadiran kami. Selama 4 jam berada di gelanggang remaja (youth Center) Jakarta Timur, tidak pernah berhenti menangani pengungsi dan relawan yang mulai didera kecapaian, stress dll. Kami menilai, semua telah bahu membahu membantu masyarakat menghadapi musibah. Berbagai bantuan dari berbagai pihak, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha telah tersedia. JIka ada yang kurang, mungkin adalah “krisis center” yang khusus menangani masalah-masalah pengungsi yang terkait dengan trauma jiwa. Dari curhat para korban, bukan masalah obat yang tidak manjur, tetapi lebih pada sesungguhnya para pengungsi butuh “resep lain”, kehadiran psikiater atau psikolog di krisis senter. Seperti antisipasi kami untuk terjun ke sana, masalah hidup yang disusul musibah, sungguh telah membuat “jiwa mereka” terluka. Sebagai relawan yang turun tanpa membawa bendera apalagi bendera partai dengan segala atributnya, kami merasa dapat dekat dengan semua tanpa dibatasi “warna-warna”. Alhamdulillah dari Camat, Wakil camat hingga Rakyat, dapat memanfaatkan kehadiran kami dengan dekat. Sungguh anugerah luar biasa Subhanallah !
“Kalau bapak Ibu ada gangguan kesehatan, jika mau ditangani dengan accupoint dan herbal, silakan datang ke kantaor, di Rawamangun, bilang saja mau ketemu Pak Darwono.” . Lalu merekapun mencatat nomor teleponku. Sebuah jaringan telah dibentuk.
Bekerja dengan para relawan selalu membuat hati kita happy. Banyak kisah menarik dari semalaman “Nongkrong” di tempat istirahat Posko Menwa Jaya di Youth Center Otista Jakarta Timur tempat pengungsian korban banjir Kampung Pulo. Para relawan mulai terjangkit gatal-gatal terutama yang telah berjuang “di air’ sampai EDI dalam mimpi.
Senin 20 Januari 2014, setlah mengajar kami langsung meluncur dari rawamangun ke GOR Otista. Kesengajaan berangkat lebih awal ini mengingat kami punya Janji dengan masyarakat yang belum tertangani pada kehadiran kami satu hari sebelumnya., termasuk janji kepada Bapak wakil camat Jatinegara yang baru “disentuh” beberapa titik pada penanganan hari Minggu, 19 Januari 2014.
Kami bersyukur, masyarakat yang kami tangani sehari sebelumnya sudah menunjukan perubahan positif. Sewaktu kami review ke “Seorang Ibu” yang menunjukan gejaladepresi satu hari sebelumnya, Ibu 65 tahun yang sedang memegang sebungkus Mie Instans itu menjawab positif, Alhamdulillah sudah baik, demikian juga masyarakat dan beberapa relawan lainnya.
Sewaktu kami menangani Bapak Wakil Camat Jatinegara di ruang logistik, di sela-sela tumpukan barang-barang bantuan untuk korban banjir, tidak disangka datang sertombongan adik-adik Menwa (Remsimen Mahasiswa) yang ingin diterapi akupoint. Semula hanya rombongan Menwa dari Universitas Isslam Jakarta (UIJ), kemudian berambah meluas ke adek-adek menwa jaya. Yang semula keluhan hanya pusing dan pegal-pegal pun meluas pada keluhan-keluhan lain. Mengingat hal demikian, salah seorang menwa alumni UIJ Fakultas Hukum, Mahatir, menyarankan untuk menangani di ruang istirahat menwa. “Sekalian nanti kami perkenalkan dengan Komandan kami” katanya.
Kami pun pindah di ruang istirahat Menwa. Yang sedang break kami tangani satu persatu. Keluhan Adek-adek mulai meluas. Victor, Menwa dari Universitas Taruma Negara melaporkan bahwa, banyak teman-teman yang telah “bertugas di air” mengeluh gatal-gatal. Victor sendiri mengeluh sinusitis dan lelah. Ketika mau tidur, dia mengeluh masih sulit bernafas, akhirnya kami tangani lengkap, dan alhamdulillah setelah itu bisa tidur, sampai kami meninggalkan otista untuk mengajar di rawamnagun pada jam 5 pagi, dia masih tidur.
Namanya juga berkumpul dengan anak-anak muda, suasana segar tidak dapat dihindari. Sewaktu menangani seseorang yang mengeluh tentang BAB nya, dan kami coba “sentuh” titik wasirnya, Kami nyletuk, “Loha, anusmu sering dipakai ya ?” menwa yang lain yang menunggu antri “ditangani” pun ngeledek temannya itu, hayoooo…” Yang diledekpun jadi responsif, lalu kamipun menjelaskan, Anusmu sering digunakan untuk BAB ya ? ha ha ha kamipun tertawa bersama.
Sambil tetap “Menggarap” titk titik akupuntur yang diperlukan, kamipun sampaikan,bahwa banyak teroris yang menyimpan butiran-butiran peluru yang dimasukkan kerektum. demikian juga para penyelundup narkoba, banyak mengghunakan rektum sebagai tempat penyimpanan barang haram itu dengan memasukkannya kedalam selubung. “Maklumlah, namanya juga rektum, kantong lurus, jadi banyak digunakan untuk hal hal itu juga” tegas kami. Tapi kalian jangan coba-coba menyimpan sontekan di situ, sulit ngeluarinnya, gak bisa nyontek tapi kamu jadi dol” ha ha ha.
Kadang suasana juga agak naif. Ketika kami tanya, seseorang menwa yang minta ditangani, kami tanya. keluhannya apa ? dia jawab Ejaku lasi dini Pak. Loh ? Memang kamu main dengan siapa ? mendengar pertanyaan ini yang lain kembali ngledek. Jawaban yang diberikan oleh temn-teman yang bernada canda itupun bermacam-macam. Merasa terdesak, diapun lalu menjawab “Edi dalam mimpi Pak”. aha masa ? Akhirnya diapun mengungkapkan keluhan sesungguhnya.
Adek-Adek menwa dari UIJ ternyata ada yang mengenali kami, “Bapak, yang spanduknya ada di pojokan Masjid Attaqwa yang menuju kampus kami di Utan Kayu ya ? oh, spanduk maulid ? tanya kami balik. Karena informasi ini, kadang ada yang nyletuk “Coblos Darwono !”, Dengan canda tapi serius kamipun memperingatkan, kalau kehadiran kami ke Gelanggang tidak melakukan kampanye. “Ini pure Darwono Peduli dan Melayani” jawab kami.
Yang pasti, kami sebagai orang tua merasa bangga, banyak generasi muda, meski dalam keterbatasan yang ada. rela menjadi relawan dengan segenap konsekuensinya. Bravo Menwa, matur nuwun Pak Lukman, atas segala fasilitas yang disediakan bagi kami, sehingga kami dapat melakukan konstribusi kami bagi negeri. Jazakumullahu khoiron Katsiron.
Kunjungan ke dua kepada seorang gadis berumur 10 tahun yang menurut ibunya sudah 3 hari sakit dan semakin parah karena tidak mau makan, melahirkan rasa syurkur. Gadis itu sudah dapat bermain setelah ditangani dengan accupoint sesuai keluhan, terutama pada meredien usus halus (Small intestinum, SI) dan meredien Usus besarnya (large Intestinum) beserta titik lainnya. Ibunyapun jadi bisa menerima order cucian kembali. Alhamdulillah. Semoga konstribusi kita bagi negeri semakin berarti. Amin

Tidak ada komentar: