MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Kamis, 30 Januari 2014

PENJAGA INTEGRITAS NKRI

Sebagai anak bangsa, kita tentu punya keinginan agar Indonesia milik bangsa Indonesia. Pemimpin Indonesia, benar-benar berorientasi pada peneguhan integritas suatu bangsa, bukan sebagai agen kepentingan negara lain, apalagi sekedar menjadi sales/salesman lembaga keuangan Internasional yang orientasinya komisi dari berapa triliun yang diambil Indonesia pada Hulang luar negerinya.
Memang, idealnya pemilihan prisiden atau pemilu pada umumnya tidak dicampuri oleh negara lain, dalam artian suatu negara tidak mencampuri urusan dalam negeri negera lain. Namun demikian, dalam prakteknya, negara-negara tertentu, utamanya USA dengan Loby yahudinya, senantiasa berusaha masuk dengan halus menentukan suksesi kemimpinan suatu negara, terutama dengan investasi politik pada partai atau calon presiden idaman mereka. Terkait dengan hal itu, di setiap Pemilu, melalui tulisan kami senantiasa memberikan masukan untuk menjadi pertimbangan bagi bangsa Indonesia. Sebagai misal, pada menjelang Pilpres 2009 lalu, kami menulis melalui blog kami www.theholisticleadership.blogspot.com, Juni 2014 dengan judul : American’S Number One Package sebagai berikut : Jika dalam khasanah makanan siap saji kita mengenal ada Amer ican’s Number One Donuts , maka menjelang Pilpres 2009 barang kali ada Capres dan cawapres yang boleh dibilang senada dengan donat tersebut, yakni American’S Number One Package, atau tepatnya paket Capres dan Cawapres unggulan Amerika.
Pasangan Capres dan Cawapres yang layak mendapat julukan ini tentu tidak lain adalah pasangan SBY-Budiono. Pasangan ini telah terbukti secara konsistern menjalankan agenda-agenda Paman Sam dan mavianya selama SBY menjadi Presiden dan Budiono menjadi anak emas yang memegang jabatan kunci. Paket unggulan Amerika ini tentu saja sangat diharapkan dapat melanjutkan Paket ekonomi Neoliberal yang dikenal dengan Konsesnsus Washington . Secara garis besar, kebijaksanaan ekonomi neoliberal memiliki agenda yang sangat mudah diidentifikasi , yang meliputi; pertama, stabilitas makro dan disiplin anggaran dengan memprioritaskan pemangkasan berbagai subsidi ; kedua liberalisasi perdagangan, industri dan investasi serta; ketiga, privatisasi.
Pada satu Diskusi Di UNIKA ATMAJAYA Jakarta beberapa waktu lalu, para Penggereak UKM melaporkan , bahwa pemangkasan subsidi yang dibarengi naiknya tariff listrik dan harga BBM beberapa kali pada pemerintahan SBY telah mengakibatkan Ambruknya ratusan ribu UKM. Di sektor lain, Ditengah sector pertanian Indonesia yang belum dapat bersaing dikancah pasar bebas, dan bahkan Indonesia sebagai Negara agraris justru dilimpahi produk pertanian Negara lain, SBY justru menjadi Inisiator Liberalisasi sector Pertanian di Bali Juni lalu. Sebuah Ironi Besar, bagi kepala negara yang mayoritas rakyatnya hidup dari sektor pertanian yang semakin tertekan. Di bidang privatisasi, Pemerintah SBY telah merilis 40 BUMN yang siap diswastanisasi (baca dijual ke investor Asing). Memang diakui banyak BUMN yang salah kelola. Namun mestinya yang diperbaiki adalah pengelolaanya, bukan amenjualnya, apalagi BUMN – BUMN yang strategis, yang memenuhi hajat hidup rakyat kebanyakan.
Dengan indikasi-indikasi tersebut, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa SBY-Budiono adalah American’s No. 1 Package, karena telah terbukti mampu memenuhi harapan Paman Sam, untuk menjalankan Konsensus Washington, meskipun, rakyat, petani dan sumber-sumber strategis bangsa sendiri dikorbankan, yang dampaknya warisan Hutang bagi anak cucu kita.Tinggal terserah kepada bangsa Indonesia, Apakah Agenda Ini akan terus DILANJUTKAN, dengan taruhan masa depan Anak Cucu kita, atau ada alternative lain. Bertanyalah pada hati nurani kita sendiri.
Menjelang Pemilu 2014, penulis telah mempublikasikan tulisan terkait dengan "pelestarian perlindungan" terhadap kepentingan Paman Sam itu. Sudah barang tentu Negeroi raksasa Bunuh Diri itu, akan mengganti SBY -Boed dengan figur yang selain dipercaya, juga "terasa mudah diterima" oleh masyarakat. Pertimbangannya tentu sangat simple dan pragmatis, agar "Investasi politik" untuk mengusung presiden dan wakil rakyat tidak mengalami kerugian.
Diskusi tentang “Tangan Tangan Elit di Atas Blok Cepu” membuktikan bahwa Exon Mobile yang mendapat durian runtuh dari Rezim SBY tersebut terkait dengan “Hutang Budi” naiknya sang rezim pada pemilu 2004. Dalam pandangan penulis SBY kembali naik dengan dukungan USA melalui pengorbanan terhadap petani Indonesia dengan menjadi Inisiator perdagangan bebas sektor pertanian yang diselenggarakan di Bali. Pasangan SBY _ Boediono pada pemilu 2009 penulis sebut sebagai American’s No. 1 Package (lihat theholisticleadership.blogspot.com edisi Jumat, 19 Juni 2009).
Paket unggulan Amerika ini tentu saja sangat diharapkan dapatmelanjutkan Paket ekonomi Neoliberal yang dikenal denganKonsesnsus Washington . Secara garis besar, kebijaksanaan ekonomi neoliberal memiliki agenda yang sangat mudah diidentifikasi , yang meliputi; pertama, stabilitas makro dan disiplin anggaran dengan memprioritaskan pemangkasan berbagai subsidi ; kedua liberalisasi perdagangan, industri dan investasi serta; ketiga, privatisasi.
Pertanyaannya adalah, siapakah andalan pengawal kepentingan USA setelah SBY tidak lagi mencalonkan diri sebagai Presiden RI ? Mengingat juga pada periode ini ada peristiwa yang sangat menggiurkan dengan berakhirnya kontrak Blok mahakam yang jauh lebih mumbrah-mumbruh migasnya ? Menurut hemat penulis, yang akan menjadi andalan pengawal kepentingan USA pasca SBY adalah Collega SBY seangkatan di AKABRI maupun di Kawah Candradimuka perwira tinggi di Pentagon, Prabowo Subianto. Beberapa alasan dapat disampaikan disini diantaranya :
1. Prabowo bukan orang Asing Bagi Amerika. Kepentingan Ekonomi Amerika benar-benar dimanjakan Selama Orde Baru tentu saja tidak lepas dari nasehat perekonomian Orde baru yang dikenal sebagai Begawan Ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo, besan Penguasa Orde baru sendiri yang tidak lain adalah ayahanda Prabowo Subianto. 2. Hutang Budi USA itu boleh jadi yang mendorong USA “menghadiahi” berdirinya “Soemitro Center” di tanah paman Sam beberapa waktu lalu. Meski Prabowo tidak berkarier di bidang ekonomi, tetapi Putra Soemitro yang lain, menjadi pengusaha yang juga sangat berhasil dan menjadi mitra USA. 3. Sebagaimana tulisan terdahulu, bahwa perwira tinggi negara manapun yang ditingkatkan kemampuannya hingga meniti puncak karier militernya di tempat penempaan perwira tinggi milik USA, tentu saja akan sangat Loyal dengan almamater militernya itu, yang sudah barang tentu tidak akan pernah berani mengatakan tidak untuk mengawal kepentingan USA. 4. Karakter Prabowo yang tegas, lugas, yang sangat kontras dengan karakter SBY yang terasa lamban, ragu dll, adalah karakter yang dirindukan setelah kecewa terhadap SBY. Hal ini tentu sangat menguintungkan Prabowo terutama bagi pemilih yang kurang rasional, pemilih tradisional yang mengandalkan Figur. 5. Bagaimanapun juga posisinya sebagai ayah dari Cucu Cucu Soeharto melalui Putri penguasa Orde Baru itu (Tatik) akan menjadi keuntungan tambahan terutama bagi mereka yang masih memuja muja Orde Baru, dengan pendekatan keamanannya. Oleh karena itu tidak heran kalau di acount Twitter yang menamakan Prabowo Soebianto mengungkit masalah keamanan tersebut.
Dengan posisi sebagai pilihan utama Pengawal Kepentingan USA Pasca SBY tersebut, maka ada hal-hal yang harus dipersiapkan khusus kalau para kompetitor ingin dapat unggul dari Prabowo Subianto, termasuk kompetitor dari Militer, Wiranto-HT, maupun Pramono Sarwo Edi (jika dicalonkan PD). Kecuali kalau rakyat berkata lain, tidak mendukung militer atau purnawirawan menjadi presiden untuk menghindari terulangnya Rezim Militer. Atau Rakyat menginginkan Indonesia tidak di bawah tekanan permainan kepentingan Amerika dan sekutunya. Semua tergantung Rakyat Indonesia apakah akan berlajut pengawal kepentingan Asing di Indonesia pasca rezim SBY yang sudah kita rasakan bersama kondisinya.
Sudah barang tentu, menjadi kewajiban moral bagi siapapun yang mencintai Indonesia tanpa dikendalikan kepentingan Asing, untuk mengkampanyekan keinginan kita bersama. Dalam konteks demikian, maka Inisiatif seluruh Raja, Sultan dan Pemangku Adat seluruh Nusantara yang mengusung YIM dengan alasan Profesor Yusril Ihza mahendra memahami aspirasi mereka beserta hak-hak tradisionalnya sebuah langkah yang sangat tepat. Apalagi dalam jiwa Gus YIM menggelegak darah Masyumi, yang memiliki komitmen Integritas NKRI. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Tidak ada komentar: