MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 22 Februari 2014

PBB MENGAJAK HIDUP BERKAH MENUJU SURGA ALLAH

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Salah satu ciri ibadurrahman adalah kepedulian kepada keluarga (anak isteri) dan kepedulian sosial. Bahkan dalam kepedulian sosial, dirinya tidak sekedar menuntut orang lain melakukan hal-hal taqwa, namun dia sendiri “siap” untuk memimpin masyarakat dalam ketaqwaan, memohon kepada Allah SWT agara dirinya dijadikan Pemimpin Kaum bertaqwa.
Ayat ini terasa memberi motivasi kepada kita, agar kaum bertaqwa tidak terjebak memilih pemimpin yang salah, yang dilarang agama, kepemimpinan kufur dan kafir, setiap individu muslim benar-benar memiliki tekad untuk menjadi pemimpin kaum bertaqwa. Ini tentu kesadaran lebih tinggi setelah kita meyakini bahwa hakekatnya kita semua adalah pemimpin, yang sudah barang tentu akan dimtuntut pertanggung jawaban kepemimpinan kita.
Dalam konteks kepemimpinan secara lebih luas, hakekatnya ada yang memimpin (pemimpin/imam) ada yang dipimpin (jama’ah/umat). Lebih spesifik lagi dalam skala nasional, dalam berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu ada pemimpin-pemimpin nasional, dan ada umat dalam skala nasional. Dalam konteks nasional ini, kita mengenal kepemimpinan nasional dengan segala dinamikanya termasuk suksesi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan melalui jalan legal pemilu.
Dalam kontek dan skla apapun, kaum muslimin tetap selalu berpegang pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai kepemimpinan yang digariskan oleh Al Quran dan Assunah. Komitmen pada penegakkan kepemimpinan sesuai dengan prinsip=prinsip dan nilai-nilai al Islam, Al Qur an dan Assunah diyakini sebagai refleksi dari upaya pengamalan Dinul Islam sendiri.
Terkait dengan suksesi nasional, kita dihadapkan pada realitas bahwa banyak dari sebagian saudara kita kaum muslimin, yang benar-benar kecewa dan patah arang dengan perilaku “para pemimpin Nasional”. Imbasnya adalah terbangu persepsi dan bahkan sikap apatis dengan suksesi kepemimpinan itu sendiri. Konsekuensinya, adalah saudara-saudara kita memilih untuk tidak memilih alias Golput. Bahkan didorong oleh pihak-pihakl tertentu sikap ini diperkuat dengan istilah hak, golput pun adalah hak, mereka mengklaim memilih atau golput akhirnya toh sama juga, pemimpin-pemimpin atau wakil-wakil rakyat itu cuma akan memikirkan dirinya.
Terlepas dari kontroversi golput itu hak atau pilihan syah, klaim yang mendorong kita golput itu perlu kita didiskusikan. Menjustifikasi, para calon pemimpin mau pun caleg yang ada, secara pasti sama dengan mereka yang telah membuat mereka patah arang adalah sikap kurang fair. Sikap ini akan sangat janggal ketika kita komparasi dengan realitas bahwa Allah menciptakan manusia itu tidak seragam. Dengan segala sifat negatifnya, mungkin pemimpin atau wakil rakyat yang saat ini ada memang benar membuat mereka kecewa, tetapi menyamakan orang-orang yang berbeda akan melakukan hal yang sama adalah sikap su’udhon yang sangat terlarang dalam agama.
Lebih jauh dari itu, pilihan golput dengan praduga yang akan dipilih juga sama, adalah sikap pengingkaran terhadap firman Allah sendiri. Allah menegaskan, jika telah terjadi penyimpangan dari nilai-nilai seharusnya (nilai nilai kebenaran) maka Allah akan mendatangkan kaum yang mencintai dan dicintai ALLah , yang mencintai kaum yang penuh iman, dan tegas terhadap kaum yang ingkar (koruptor, manipulator, dll) yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut celaan orang yang suka mencela, lhat QS. Al Maidah : 54
Keyakinan bahwa disamping ada pemimpin atau wakil rakyat yang telah membuat berbagai penyelewengan juga meyakini Allah menciptakan hamba-hambanya yang baik, khisbullah, yang mau menegakkan kebenaran, membawa ke jalan dan kehidupan surga adalah konsekuensi logis dari keyakinan pada firman Allah di atas. Dengan demikian sikap patah arang yang mendorong pada pilihan Golput sangat tidak relevan dengan karakter kaum beriman. Apalagi pemimpin bertaqwa adalah mutlaq dibutuhkan oleh kaum muslimin. Golput juga berarti tidak p[eduli dengan masalah kaum muslimin untuk memperoleh pemimpin bertaqwa. Konsekuensi dari orang yang yang tidak peduli dengan permasalahan umat Islam, kaum muslimin, dianggap bukanlah termasuk dalam golongan kaum muslimin.
Berbagai fenomena yang membuat kita kecewa, patah arang, harus kita lupakan untuk kembali punya berikhtiar dengan segala sikap khusnudhon. Dengan harapan semoga Allah telah mendorong putera-puteri bangsa terbaik mau turun tangan, kit terus memilah dan memilih calon-calon yang ada sesuai nilai-nilai ideal kita sebagai kaum bertaqwa. Telusuri prestasi dan track record setiap calon, dan pilih yang terbaik dari yang ada. Ikhtiar adalah kewajiban kita, setelahnya adalah wewenang Allah. Yang penting kita memilih yang terbaik dario yang ada. Jika yang ada dianggap tiadak lebih baik dari anad, maka mengapa anda tidak mencalonkan diri ?
Sewaktu musim pemdaftaran caleg, dengan berbagai tawar menawarnya, penulis menyatakan “partai-partai jangan GR, Rakyat muak terhadap kalian, kok mau jadi caleg saja harus mengeluarkan uang segala !”, “saya mau menjadi caleg, kalau tidak bayar dan mau melakukan tugas untuk kepentingan rakyat bukab kepentingan partai” ternayat, Partai Bulan Bintang membalas tulisan tersebut dan mempersilakan saya datang ke kantor DPP PBB.
Ketika proses pencalegan di PBB, kami disodori form janji caleg , bermaterai, hitam di atas putih yang berisi beberapa point, diantaranya harus menjadi orang tua bagi anak yatim, mau bekerja untuk rakyat terutama fakir miskin, tidak melakukan pelanggaran hukum negara dan ajaran agama dll. Membaca itu semua maka kamipun tertarik untuk mendaftar di PBB. Suara hati saya menyatakan, wong diajak hidup berkah dan ke surga, masa ditolak !”.
Sejalan dengan janji hitam putih di atas materai itu, sejak mendaftar kami bertekad, sebagai anggota legislatif nantinya kami akan menyediakan gaji kami sebagai dewan untuk keperluan masyarakat, kami mengambil sekedar untuk biaya hidup wajar dan biaya operasional untuk menjalankan tugas-tugas sebagai dewan, hal in kami telah sampaikan kepada team sukses dan masyarakat pendukung. Sedang masalah dan aspirasi yang selamah ini konon "dimakan" para legislator, kami akan menunjuk team untuk mengelolanya bagi kepentingan masyarakat. Sehingga kami dapat fokus menjalankan amanah sebagai anggota dewan. Mudah-mudahan apa yang kamim lakukan merupaka jalan menuju hidup berkah dan surga Allah.
Penulis yakin kita sama-sama menginginkan berbagai hal lebih baik ketimbang apa yang sekarang ada. Oleh karenanya, mari kita bekerja sama, bahu-membahu dengan kontribusi kita masing-masing. Insya Allah kerja sama baik kita, ta’awwun alal birri wattaqwa kita, kerjasama dalam kebaikan dan taqwa kita, akan dapat mewujudkan Kepemimpinan Kaum bertaqwa, yang dengan itu akan terbuka pintu-pintu keberkahan bagi kita semua, bagi Indonesia tercinta. Insya Allah,

Tidak ada komentar: