MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 16 Maret 2014

GURU, FAKTOR PENENTU KUALITAS PENDIDIKAN NASIONAL

Kamis, 13 Maret 2014, bertempat di Hotel Bidakara Pancoran Jakarta SelatanModertnisator yang didukung oleh Sampurna Untuk Indonesia, menyelenggarakan seminar nasional bertema ” Memperkuat Peran Guru dan Pemerintah daerah Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Peserta ini diikuti ratusan guru dari guru SD sampai SMA beserta kepala sekolah. Tampil sebaga pembicara Dino Pati jalal, Soecipto Sumadi, Perwakilan dari USAID Prioritas, Singapore International School dan Pakar Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Arief Rachman Mpd.
Dino menceritakan pengalamannya, sewaktu SD kelas 1 dan kelas 2, menjadi siswa yang hampir saja tidak naik (kurang berprestasi), tetapi ketika kelas 3 pindah sekolah ternyata menjadi siswa yang terus berprestasi menjadi yang terbaik. Kuncinya adalah saat kelas 3 menemukan guru yang dapat menumbhukan semangat untuk berprestasi. “Bu Ratna telah mengubah saya” kenangnya.
Selanjutnya Dino menjelaskan bahwa kedekatan guru adalah kunci sukses pendidikan. Guru harus dapat memiliki kedekatan batin dan kedekatan intelektual. Guru harus dapat mengangkat moral siswa. Ucapan biasa dapat mengubah jalan hidup siswa. Momen sekecil apapun dapat sangat berkesan bagi anak didik. Oleh karena itu, jangan pernah remehkan anak yang kita ajar, karena dengan kemampuan kita, kita dapat mungubahnya.
Abad XX adalah bad orang-orang luar biasa seperti Naser, Soekarno, Gandi, Thomas jeferson dll mengubah dunia. Namun abad XX! adalah abad orang-orang biasa yang dapat mengubah orang lain dan dunia menjadi luar biasa. Itrulah sesungguhnya peran guru saat ini. Untuk Implementasi kurikulum apapun kunci keberhasilannya adalah pada Guru, Guru dan Guru !
USAID Priortitas yang mengutamakan, Inovasi, dan kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan siswa melalui aktivitas-aktivitasnya memfokuskan Perubahan Peran Guru di Lingkungan Kelas/ Perubahan yang menunjang kurikulum 2013 adalah : a. Peran Guru : merancang kegiatan yang menantang anak untuk berbuat dan berfikir; Guru Menjadi Fasilitator. Sedang Pengingkatan Lingkungan Kelas, guru memfasilitasi agar sisiwa duduk dalam kelompok dan bekerja secara kooperatif.; ada pajangan hasil karya siswa, media belajar lebih beragam, menggunakan media berbiaya rendah.
Pengalaman penulis menggunakan metode cooperative learning dapat penulis deskripsikan sebagai berikut : Setelah menggunakan TGT (Team Game Tournament) pada kompetensi sebelumnya, kali ini materi reproduksi menggunakan metode Panel Diskusi. Sebelum Panel Diskusi peserta didik dikelompokkan berdasar jenis kelamin.Setelah identifikasi masalah, Komisi Perempuan memilih tema “Cancer Servic” untuk dijadikan bahan untuk diskusi Panel, Sedang komisi laki-laki memilih tema “Onani”
Perlu diketahui oleh orang tua, ternyata, berdasar investigasi mereka, pada umumnya remaja putra beronani sesaat menjelang tidur malam. dan ternyata 70 % diantara remaja putera ini sudah melakukan Onani. Onani dilakukan karena nafsu birahi meningkat. Sisa Tiga puluh persent remaja putera yang tidak melakukan onani dari seluruh siswa lelaki, menegaskan alasan karena perbuatan itu adalah dosa. Dengan demikian maka penanaman dan komitmen terhadap nilai-nilai agama merupakan sarana untuk menghindarkan remaja dari perilaku onani. Proses pembelajaran lebih hidup dan terjadi kompetisi diantara peserta didik. Apalagi dengan reward pememang mendapat nilai 100 dan yang ada diurutan buncit mendapat nilai pas KKM, semua berusaha untuk menguasai materi itu.
Menanggapi keluhan seorang guru SD yang selalu disalahkan jika ada berbagai kejadian yang kurang meyenangkan, seperti Kasus narkoba, Tidak bisa matematika, Korupsi, tidak bisa membaca a; Qur an daan lain-lain, pakar pendidikan Prof Arief Rachman menekankan, bahwa menjadi guru harus mau disalahkan. menjadi guru bukanlah profesi belaka, tetapi merupakan panggilan. Kita harus mau disalahkan dan bertanggung jawab.
Sejalan dengan apa yang diungkapkan Prof. Arief, penulis dalam berbagai kesempatan baik lisan maupun tertul;is sering mengungkapkan baha Sebagai guru, kita harus instrospeksi ketika korupsi merajalela, kenakalan mewabah dan berbagai kejahat terjadi. semua pelaku adalah hasil outcome pendidikan kita. oleh karenanya Kita harus rndah hati untuk menyatakan “somerthing wrong” dalam dunia pendidikanm kita. Dan itulah yang penulis lihat, ada ketidak beresan dan sistem pendidikan nasional, sehingga penulis akan mencoba berjuang bersama komponen bangsa lain mereformasi sistem pendidikan nasional Sisdiknas mel;alui perjuangan Parlementer dengan menjadi calon aggota legislatoif dari Partai Bulan Bintang. Mohon doa dan dukungan dari seluruh pecinta pendidikan Indonesia.
Terkait dengan hal itu, sebagikanya ada perbaikan sistem pendidikan nasional dimana, seluruh pendidikan formal dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi benar-benar dikelola dan mutlak tanmggung jawab Negara sehingga seluruh proses harus disesuaikan dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan amanah konstitusi. Sedangkan partisipasi Masyarakat dapat diwujudkan dalam upaya memperkuat pendidikan formal yang diselenggarakan negara atau mengambil peran dalam pengembangan pendidikan informal maupun nonformal.
Dengan perubahan pada sistem pendidikan nasional terutama pada pendidikan formal, maka guru, dosen, ustadz, ustadzah dan karyawan pendidikan formal seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah, sekaligus harus menjadi abdi negara yang bertugas mewujudkan kecerdasan bangsa dan menumbuhkan generasi yang benar-benar komitmen pada dasar falsafah dan tujuan bangsa Indonesia.
Kelas kelas pendidikan formal, tidak lagi sekedar disekat-sekat berdasar IQ maupun tinggi rendahnya jumlah nilai dari pendidikan formal; sebelumnya, tetapi didesign untuk menjadi miniatur Indonesia, dimana anak-anak bangsa yang berbineka berproses tumbuh bersama dengan saling asah, asih, dan asuh yang difasilitasi oleh pendidik-pemdidik berkarakter tangguh bukan berkarakter memuaskan pelanggan !

Tidak ada komentar: