MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 04 Maret 2014

INDONESIAN LEADERSHIP's TALENT SCOTT

Munculnya putera-puteri terbaik ibu Pertiwi untuk menjadi pengelola yang amanah bagi Tanah Tumpah Darah Kita kurang terfasilitasi oleh Mass Media. Media terkesan sangat mengekpose seakan ”Hanya Orang-orang itu saja yang mampu “, Kami sangat yakin, Ibu Pertiwi banyak memiliki putra-putra yang mampu, hanya saja selama ini belum terekspose saja.. Cobalah media juga menjadi “Talent Scott” di bidang kepemimpinan., prinsip 2 kepejuangan dan kebangsaan dari putera-puteri bangsa yang selama ini belum terekpose perlu dieksplore. Mengekspose yang itu-itu saja sama artinya media “mendefinitifkan” keunggulannya dengan tidak membuka alternatif bagi putera bangsa yang lain.
Keterperukan negeri ini juga tidak terlepas dari peran media masa yang sekan “menggiring” pemilih pada “figur” yang itu-itu saja. Padahal “figur-figur” itu justru bermasalah yang semestinya dikritisi agar masyarakat dapat menilainya secara obyektif. Namun yang terjadi justru sebaliknya, media masa menjadi tempat “penghapusan dosa” dari para tokoh bermasalah dengan retorikanya yang di blow up habis oleh media massa, dengan berbagai imbalannya.
Proses ini tentu saja menjadi “blunder” yang memancing kesalahan-kesalahan mendasar dari masyarakat dalam mengambil keputusan. Ditambah dengan kemampuan “tokoh-tokoh” ini dalam memuaskan secara finansial dalam praktek “money politiknya” yang dianggat sebagai “kedermawanannya”, maka lengkaplah kesempurnaan yang “figur ebermasalah” menyaru menjadi “figur” favorit untuk dipilih masyarakat.
Proses ini terus berulang, sehingga nasib bangsa ini benar-benar semakin terperosok ke jurang masalah yang semakin dalam dan mengerikan. Kita baru sadar ketika potret Indonesia yang semakin buram dan penuh dengan bopeng terpampang di hadapan kita. Ironisnya, kita tetap akrab, dan berasyik masyuk dengan oknum-oknum yang semestinya ditindak tegas. Sanksi sosial yang semestinya menyertai oknumyang bertindak asusila dan asosial dengan mengedepankan kepentingan dirinya, toidak pernah menimpa satu oknumpun sehingga oknum-oknum semakin merasa wajar dengan tindakan asusila dan asosialnya.
Menjelang Pemilu 2014, khususnya pemilihan legislatif yang sudah semakin dekat, hal tersebut juga terus terjadi. Wakil-wakil Rakyat periode 2009 - 2014, yang telah terindikasikan sebagai para maklar proyek, kinerjanya amburadul, bahakn juga tidak menggunakan “dana Aspirasi” sebagaimana mestinya, ditambah berbagai perilaku asusila yang dilakankan para legislator itu dengan realitas banyaknya kondom bekas pakai di area kantor para legislator ini, kita masih melihat masih disubya-subya oleh mass media. Dengan kemampuan finansialnya, para legislator “bermasalah” itu terus diblow up sehingga popularotas dan elekteabilitasnya kian meningkat. Padahal dengan realitas 501 dari 560 anggota legislator “muka lama” ini, jelas sebuah tantangan berat untuk terjadinya perubahan jika mereka-mereka juga yang tampil kembali. Inilah yang harus kita sadari bersama termasuk oleh kalangan mass media yang juga bagian dari keluarga besar bangsa iNDONESIA.
Sayangnya, mass media kurang memberi ruang bagi “anak-anak” bangsa yang memiliki potensi namun kurang terekpose. Padahal, figur-figur anak bangsa yang memiliki kemampuan, komitmen kebangsaan, amanah seperti inilah yang diharapkan mampu mengadakan perubahan. Dengan kurangnya kesempatan figur-figur anak bangsa tipe ini terekpose mass media, maka wilayah jelajah dukungannya tetap sempit. Hal ini mengakhibatkan popularitas yang mengarah ke elektabilitas figur-figur potensial ini menjadi terhambat. Konsekuensinya masyarakat seakan "disuguhi" oleh "menu pilihan" yang itu oitu saja yang membikin bosan hingga sampai patah arang. Ujung-ujungny ya menggelembungnya angka Golput dari pewmilu ke pemilu. Mass Media hanya bergerak mekanis, tidak diimbangi dengan nilai-nilai ideologis sebagai warga negara.
Oleh karena itu, dengan semakin dekatnya waktu pemilihan legslatif, penulis berharap, mass media, dapat menjalankan peran patriotismenya dengan membantu mengekpose figur-figur potensial agar menjadi alternative pilihan bagi masyarakat. Kami yakin masyarakat semakin cerdas untuk terlibat dengan pemilihan umum yang kita butuhkan sebagai proses suksesi dan hal itu akan semakin menggairahkan jika masyarakat diberikan alternatif-alternatif pilihan, bukan digiring pada proses pendukungan “figur” itu-itu saja yang masyarakat tahu bahwa mereka oknum bermasalah. Jika perlu, mass media berlaku sebagai promotor “Leadership’s Talent Scott” sebagai refleksi nasionalismenya, hunting tokoh tokoh potensial yang sebelumnya kuirang terekpose. Proses munculnya dan berpindahnya Jokowi dapat menjadi salah satu contoh bagaimana dinamika vertikal ketokohan seseorang pemimpin dapat terjadi dengan bantuan berbagai mediaa termasuk media massa.
Darwono, Relawan Sosial pengembangan Masyarakat, Juru Kampanye Nasional PBB Pemilu 2014, Caleg DPR RI Dapil Jakarta Timur. Lengkapi referensi anda tentang kami dengan Jejak aktivitas kami di www.youtube.com/doitysoteam

Tidak ada komentar: