MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Senin, 24 Maret 2014

PARTAI GOLKAR SEBAGA GOLKAR (ORBA) BERKAKI PINCANG (?)

Setelah mencoba menutupi keterkaitan dengan GOLKAR Orde KKN yang ditumbangkan oleh Rakyat melalui reformasi 1998, Partai Golkar Pemilu 2014 ini membuka jati diri yang sesungguhnya bahwa Partai Golkar adalah GOLKAR (ORBA) . Sebuah kekuatan politik, yang menyebut dirinya sebagai golongan kekaryaan agar “terasa beda’ dengan 2 partai kompetitornya era Orde baru , PPP dan PDI. Golongan Karya adalah pilar utama penopang kekuatan Rezim Represif Orde baru !
Pembukaan jati diri ini dapat dibuktikan dengan “pelibatan aktif keluarga Cendana” dalam kampanye Golkar. Setelah menjual kecap “Luwih kepenak Jamanku Toh ?” dengan gambar penguasa orde baru m,elambaikan tangan itu. Set Back pada “romantisme Orde Baru” yang diputar balikkan seakan “jaman keemasan” itu, juga dapat diamati dari berbagi postert, baligho, spanduk dan atribut kampanye lainnya saat Golkar melakukan kampanye terbuka.
Sikap Partai Golkar yang seperti ini disamping ingin menyalahkan kondisi selama masa reformasi, juga semakin menunjukan bahwa reformasi yang diperjuangkan bangsa Indonesia, terutama yang sadar akan penyelewengan orde Baru , diterima setengah hati oleh mereka yang menyebut dirinya Partai Golkar. Bahkan dapat semakin mempertegas bahwa Orang-irang golkar bersikap hipoktrit dalam menerima realitas Reformasi. Hal ini pantas saja banyak yang menyesalkan mengapa Golkar tidak dibubarkan dan menjadi Partai terlarang.
Sikap Partai Golkar yang semakin terang-terangan “menonjolkan” penguasa orde Baru itu tentu sangat menohok komponen anak bangsa lain. Padahal jika “orang-orang Partai Golkar” memiliki emphatik sedikit saja, tentu hal tersebut tidak perlu terjadi. Realitasnya, sesungguhnya apa yang terjadi saat ini adalah konsekuaensi dari apa yang telah Orde Baru Ekploitasi selama 32 tahun. Penjualan-penjualan, perjanjian-perjanian dengan asing dimulai saat orde baru berkuasa. Tragisnya, Orde reformasi tetap dikuasai oleh kader-kader Orba yang berganti Jaket, dengan keberanian semakin tinggi dari gurunya, Suharto, mereka meningkatkan guritanya dari kapitalisme menjadi neoliberalisme.
Memang, apa yang terjadi adalah bagian dari dinamika sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Menghadapi multi dimensi krisis negeri ini bukan berbuat semakin realistis dan jujur, tetapi justru set back dengan bernostalgia terhadap ramantisme-romantisme masa lalu yang dimanipulatif. Simbol-simbol yang diangkat bukanlah simbol-simbol menmbangun masa depan yang cemerlang tetapi justru mengibarkan simbol-simbol masa lalu yang justru telah direformasi. Apa yang telah dipekikkan, diteriakan diretoritakan baru lima belas tahun lalu seakan mudah dilupakan.
Walau demikian, Partai Golkar akan tetap tidak akan bisa seperti Golkar, sebab Golkar dulu punya 3 kaki yang kokoh, ABC, ABRI, Birokrat, Capitalis (konglemerat). Dimana di jalur Birokrat, benar benar dapat menekan PNS untuk mendukung Golkar. Saat ini, PNS dilarang berpolitikl membuat Golkar kehilangan satu kakinya, sementara itu, jalur ABRI (TNI) yang atas tuntutan reformasi digiring kembali ke barak, membuat Golkar kehilangan setemgah kakinya dan sekedar memanfaatkan “para purnawirawan” . melalui jalur B, yakni jalur birokrat dulu Golkar tinggal mengintruksikan ke Kepala Instansi, terus kepala Instansi mengintimidasi bawahannya. Pas Kampanye PNS PNS itu diabsen. Jika ada yang berani mankir, mak loe and gue endf ! Sekarang hal itu tidak bisa dilakukan lagi, Partai Golkar hanya memiliki satu setengah kaki saja. Jadi betapapun Partai Golkar ingin menjafi Golkar Orde Baru, oaling-paling hanya bisa menjadi Golkar dengan kaki pincang.
Sudah barang tentu para reformis sejati memiliki kepentingan bahkan tanggung jawab untuk menhadapi tarik menarik kepentingan itu demi kepentingan bangsa Indonesia yang lebih hakiki. Kepentingan masa depan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur yang berkah dan sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan yang Maha esa.
Panjoi-panji lawan telah dikibarkan, fakta-fakta yang telah diputar balikkan telah diteriakan. Saatnya kita erat erat bergandengan tangan, mengepalkan dan maju ke depan, menyingkirkan setiap penghalang. Saatnya memilih pemimpin yang TIDAK MEMUTAR BALIKAN FAKTA !
Baru 15 Tahun Berlalu, belum pada lupa Bung ! Jangan ada lagi pembodohan bagi generasi muda, jangan ada lagi dusta diantara kita. Dan sudah barang tentu, bagi umat Islam Indonesia tidak akan pernah lupa betapa represifnya resim Orde baru yang ditopang militer membantai kaum muslimin di Tanjung Priok tahun 1984 !
.

Tidak ada komentar: